"Inflasi `year to date` Kalimantan Selatan mencapai 2,48 persen per Oktober 2016. Penurunan tersebut disebabkan membaiknya produksi, pasokan distribusi barang dan jasa seiring kondisi cuaca yang kondusif," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan di Banjarmasin, Selasa.
Menurut dia, koordinasi dan kerja sama yang baik Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam melakukan upaya-upaya menjaga kestabilan harga di daerah sangat diperlukan.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi di Kalimantan Selatan 2016 akan tetap berada dalam kisaran target kurang lebih satu persen.
Sebagai mitra strategi pemerintah daerah, Bank Indonesia Kalimantan Selatan berkomintmen untuk terus meningkatkan kualitas riset sehingga dapat menghasilkan formulasi rekomendasi kebijakan yang lebih tepat dan relevan bagi daerah.
Bank Indonesia Kalimantan Selatan terus menitikberatkan penguatan pada fungsi Regional Financial Surveillance (RFS) guna memahami kekuatan dab kerentanan ekonomi regional, memperkuat proses dab asesmen terhadap Financial Imbalances serta risiko sistemik di daerah.
Dia mengemukakan, transformasi dangat diperlukan untuk membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih baik dari negara berorientasi konsumsi menjadi negara produksi, dari negara importir menjadi negara eksportir, dari negara penghasil sumber daya alam mentah menjadi negara pengolah produk bernilai tambah.
Gubernur Kalimantan Selatan H Sahbirin Nor melalui Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Kalsel Zulkipli mengatakan, betapa pentingnya transformasi ekonomi Kalimantan Selatan dari sektor perekonomian berbasis komoditas menjadi sektor perekonomian yang berkelanjutan.
Kemudian, peran fiskal pemerintah dapat menjadi pengungkit untuk menggerakan perekonomian masyarakat di tengah kapasitas fiskal yang terbatas, penetapan prioritas dan efektivitas belanja,khususnya pembangunan fisik semakin penting.
"Peran belanja modal tersebut sangat penting karena dapat menjadi pendorong bagi pulihnya perekonomian," katanya.